Tulisan ini cuma sekadar berbagi pengalaman tentang alasan saya memilih Mikrotik. Artikel ini bukan pesan sponsor/mengandung pesan sponsor lho (meski kalo ada yang mau sponsorin, gak nolak juga sih :p)
Router yang dipakai di rumah untuk menghubungkan jaringan di rumah ke Internet, gak bisa dipungkiri memegang peran penting, khususnya kalo kita berlangganan layanan fixed broadband, misal Indihome, Firstmedia, Biznet, dan lainnya. Kalo koneksi Internet di rumah dipake banyak orang, router mesti punya kemampuan mumpuni untuk menangani banyak koneksi bersamaan (misal akses Youtube, Zoom, Torrent, WhatsApp, Instagram, dan sebagainya). Kalo router gak mumpuni, koneksi bisa bermasalah misal karena router kewalahan (overload). Kalo udah gini kasusnya, pengalaman berinternet di rumah jadi gak nyaman dan bisa mengganggu aktivitas bekerja atau belajar dari rumah di masa wabah Covid-19 ini.
Karena itu, pemilihan router apa yang mau dipake di rumah merupakan hal yang mesti dipertimbangkan. Banyak orang yang berlangganan layanan fixed broadband berbasis FTTH biasanya merasa cukup cuma mengandalkan ONT dari ISP. Untuk pemakaian satu atau dua orang aja mungkin cuma mengandalkan ONT aja gak masalah. Tapi kalo udah dipake banyak orang, misal lima orang atau lebih dalam satu keluarga, kemampuan ONT udah gak bisa diandalkan lagi.
Pasalnya, karena umumnya ONT merupakan perangkat terintegrasi dengan banyak fungsi, yakni fungsi media konverter, fungsi "modem", access point, router, dan switch. Karena punya banyak fungsi tersebut, fitur setiap fungsi jadi kurang mumpuni. Misal dalam fungsi router, di ONT gak tersedia fitur bandwidth management. Padahal dalam pemakaian riil sehari-hari, pengelolaan bandwidth koneksi Internet cukup penting untuk menjaga supaya bandwidth gak tersedot oleh satu pemakai aja.
Di antara banyak router untuk segmen rumah yang ada di pasaran, ada satu router yang cukup menonjol, yaitu Mikrotik. Kenapa? Karena router ini punya kemampuan yang melebihi consumer router umumnya. Di router ini ada banyak fitur yang bisa dipake pengguna sesuai kebutuhan dan sikonnya. Fitur yang ada antara lain, dukungan fungsi scripting (misal untuk melakukan redial koneksi PPPoE secara otomatis kalo WAN Mikrotik dapet IP privat), bandwidth management mumpuni, dukungan SNMP, dukungan subnetting per interface atau per grup interface, dukungan VLAN, dukungan IPv6, sampai dukungan level ISP misal BGP/MPLS.
Saya sendiri awalnya juga gak tau kalo Mikrotik punya segudang fitur yang menarik. Awalnya dulu cuma gara-gara iseng nyari router yang mendukung SNMP, supaya koneksi yang masuk ke/keluar dari router bisa dipantau via MRTG. Sebelumnya, waktu masih berlangganan Speedy, koneksi Internet saya mengandalkan router D-Link (seri DSL-526, DIR-600, DIR-615). Sebetulnya cukup memuaskan sih. Cuma begitu dipake banyak orang, kok langsung kewalahan koneksinya.
Nah sejak itu jadi terpicu untuk cari router yang lebih mumpuni. Dari hasil pencarian, muncul beberapa calon, antara router berbasis OpenWRT/DD-WRT, router PC berbasis distro khusus (misal pfSense), dan Mikrotik. Dari hasil pertimbangan, saya akhirnya memilih Mikrotik, dengan alasan (selain yang udah disebut di alinea sebelumnya)
2. Ukuran kecil & ringkas (compact).
3. Konsumsi listrik yang irit
4. Gak butuh pendinginan aktif berbasis kipas (active cooling)
5. Harga terjangkau
6. Banyak tipe, dengan menggunakan perangkat lunak yang sama (RouterOS). Jadi kalo kita mau naik kelas (upgrade) Mikrotik ke tipe yang lebih baik, gak perlu belajar dari awal lagi karena sistemnya sama. Yang bikin beda cuma kemampuan perangkat keras (hardware), misal banyaknya inti (core) dalam prosesor, dukungan dual band, dukungan USB, atau kapasitas RAM.
7. Harga perangkat udah termasuk lisensi RouterOS, jadi gak perlu beli lisensi lagi. Kita tinggal pake.
8. Punya banyak fitur, di mana untuk bisa memanfaatkan aneka fitur tersebut secara maksimal, kita ditantang untuk memahami konsep-konsep dasar jaringan komputer, TCP/IP, IPv4/IPv6, scripting dan sebagainya.
9. Punya menu berbasis GUI (via Winbox & peramban/browser) dan berbasis CLI
10. Sistem operasi (RouterOS) & firmware-nya bisa di-install ulang via Netinstall, misal kalo tiba-tiba corrupt, error, atau sebab lain.
11. Bisa downgrade RouterOS ke versi sebelumnya kalo versi terbaru bermasalah atau ternyata gak sesuai ekspektasi.
12. RouterOS punya update berkala, untuk menambah fitur atau menambal bug.
13. Tersedia beberapa versi RouterOS yang bisa dipilih sesuai kebutuhan dan sikon, misal stable atau long-term.
14. Fitur bandwith management di Mikrotik cukup mumpuni dibanding consumer router lain. Kita bisa pake yang sederhana seperti simple queue atau bisa pake yang kompleks (misal queue tree) untuk mengklasifikasikan & memisahkan traffic.
15. Dukungan DNS over HTTPS (DoH) untuk mem-bypass Internet Positif atau mem-bypass DNS ISP yang kadang bermasalah.
Mungkin itu sebagian keunggulan yang bikin saya akhirnya memilih router Mikrotik. Masih banyak sebetulnya keunggulan Mikrotik, cuma gak semua ditulis di sini.
Tapi namanya produk buatan manusia, tentu ada juga sih kelemahan di Mikrotik. Misalnya
2. Belum ada dukungan WireGuard di RouterOS 6.xx (mungkin ada di RouterOS 7.xx).
Saya sendiri jarang pake VPN, jadi kelemahan-kelemahan tersebut gak terlalu berpengaruh buat saya.
Mungkin ada yang penasaran, setelah pake Mikrotik, apa ada pengaruh ke koneksi Indihome-nya? Jawabnya, jelas ada dong. Waktu belum pake Mikrotik, router pribadi (yang disambung ke ONT) sering kewalahan waktu diakses banyak orang (padahal cuma diakses <10 orang). Sekarang, waktu diakses sampe15 orang atau bahkan pernah 20 orang, tetap stabil. Latensi pun tergolong stabil meski ada proses upload file besar. Ini memanfaatkan fitur queue tree untuk memprioritaskan koneksi ICMP/ping dan DNS di atas koneksi lain (misal browsing, streaming dan lainnya).
Cuma emang untuk memanfaatkan fitur dalam Mikrotik, harus diiringi seenggaknya pengetahuan dasar tentang jaringan komputer (TCP/IP) supaya gak asal setting khususnya untuk pengalamatan LAN IPv4 (IPv4 LAN addressing). Dan yang pasti, kalo mau koneksinya lebih lancar & stabil, kalo udah pake router yang mumpuni kayak Mikrotik ini, bagusnya ONT di-bridge sekalian jadi gak tergantung lagi dengan kinerja/performa ONT yang kurang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar