Belum lama ini sistem operasi Debian yang saya pasang di ThinkPad X201 mengalami masalah karena harddisk yang dipakai memiliki banyak bad sector/bad blocks. Ini membuat Debian berfungsi secara tidak stabil, misal crash atau gagal booting.
Proses perbaikannya sendiri sudah dibahas dalam artikel ini. Setelah proses tersebut selesai, saya pun kembali melakukan instalasi Debian 11 di harddisk tersebut. Semua berfungsi dan berjalan dengan baik.Namun, setelah membaca aneka artikel di Internet, saya pun tergoda untuk mencicipi distro lain, antara lain FreeBSD dan Arch Linux. Mungkin sebetulnya yang lebih pas adalah mencoba "tantangan" baru. Sebabnya, di Debian selama ini belum pernah mengalami kendala yang membutuhkan perbaikan.
Saya sendiri sebetulnya bukan seorang yang suka berganti sistem operasi (distro hopping) karena sudah cukup puas dengan Debian yang saya pakai di ThinkPad X201 ini sejak tahun 2017 (dan ya, Windows 10 yang saya pakai di komputer desktop saya untuk keperluan gaming). Namun, seperti sudah saya tulis di atas, saya ingin mencoba tantangan baru sehingga akhirnya mencoba menginstal Arch Linux di ThinkPad X201. Toh jika memang tidak cocok dan jika menemui kegagalan, saya tinggal kembali ke Debian, berhubung harddisk tersebut juga belum diisi data apa pun.
Awalnya saya mencoba memasang FreeBSD di mana saya sudah berhasil memasang desktop environment (LXQt). Namun karena membaca di Internet bahwa banyak yang mengatakan bahwa Arch Linux memungkinkan kita memilih sendiri apa saja yang akan dipasang, saya pun akhirnya mencoba menginstal Arch Linux di ThinkPad X201.
FreeBSD pun sebetulnya memiliki "tantangan" yang sama dengan Arch Linux, khususnya saat proses instalasi desktop environment, di mana semua dilakukan secara manual tanpa skrip instalasi misal seperti di Debian atau bahkan Ubuntu. Namun demikian, FreeBSD masih memiliki menu berbasis teks untuk melakukan beberapa proses instalasi sistem secara otomatis.
Kembali ke laptop. Proses instalasi dimulai dengan mengunduh (download) Arch Linux di situsnya. Setelah itu, menyalin file image tersebut ke flashdisk menggunakan Etcher. Kemudian tinggal mencolokkan flashdisk tersebut untuk mulai menginstal Arch Linux di ThinkPad X201.
Untuk proses instalasinya sendiri saya mengikuti panduan resmi dari situs Arch Linux ditambah panduan tambahan dari situs ini. Prinsipnya, secara garis besar, memasang Arch Linux dimulai dari mempartisi & memformat harddisk, menghubungkan sistem ke Internet untuk mengunduh paket dasar (base package), menyiapkan password untuk root dan menambahkan pengguna (user), melakukan setting waktu, locale, dan memasang bootloader.
Sampai tahap ini, jika tidak ada kendala, sebetulnya Arch Linux sudah terpasang dan berfungsi dengan baik. Namun, tentu saja Arch Linux tidak akan bisa dipakai untuk penggunaan sehari-hari berhubung masih banyak paket yang harus dipasang, yakni lingkungan grafis (desktop environment), aneka aplikasi seperti perambah web (web browser), penyunting teks dan banyak lagi.
Berhubung saya sudah terbiasa menggunakan LXQt, saya memilih desktop environment tersebut, mengikuti panduan yang dicantumkan di situs ini dengan display manager sddm dan pendukungnya berdasarkan panduan dari situs ini. Untuk menampilkan Network Manager, saya mengikuti panduan dari situs ini. Aplikasi lain seperti peramban, LibreOffice dan lainnya akan saya pasang jika nanti saya berhasil login ke GUI Arch Linux.
Setelah itu saya pun melakukan reboot sistem untuk mengetes apakah saya bisa login ke LXQt dengan konfigurasi instalasi yang telah dilakukan sebelumnya. Dan setelah melakukan reboot, saya pun menunggu. Semua tampaknya berjalan dengan lancar, di mana boot loader menampilkan menu standar, dan berlanjut mem-boot ke sistem dan menampilkan display manager sddm. Saya tinggal memilih nama akun yang sudah saya konfigurasi sebelumnya dan mengetikkan password. Dan setelah itu, Arch Linux pun menampilkan lingkungan grafis LXQt seperti keinginan. Oke sampai sini proses instalasi GUI Arch Linux sudah selesai dan bisa dilanjutkan dengan pemasangan paket lainnya.
Kesan saya saat menginstal Arch Linux di ThinkPad X201 adalah prosesnya lebih "ribet" dan merepotkan karena tidak ada skrip instalasi yang mengotomatiskan proses instalasi. Karena itu, untuk pengguna awam yang suka kepraktisan, tidak disarankan menggunakan Arch Linux. Namun, jika ingin memiliki sistem yang terkustomisasi sesuai selera dan keinginan, Arch Linux merupakan distro yang sesuai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar